Selasa, 27 November 2012

cerpen dan contohnya


cerpen? apa itu cerpen? haha, tenang aja. cerpen adalah sebuah singkatan yang mempunyai kepanjangan CERita PENdek. Cerpen sendiri adalah sebuah cerita yang mengandung permasalahan-
permasalahah, kandungan atau nilai-nilai (inti sari dari sebuah kehidupan), mempunyai maksud dan pesan-pesan moral yang disampaikan untuk pembaca serta dipergunakan untuk menghibur sang pembaca. 
cerpen mempunyai bahasa campuran. dalam artian bisa menggunakan bahasa yang baku atau bisa menggunakan bahasa sehari-hari yang diselingi oleh kata-kata kias atau kiasan.
saat ini cerpen mempunyai macam bentuk dan jenis. seperti cerpen cinta, cerpen pahlawan, cerpen persahabatan, cerpen agama, cerpen rakyat dan lain-lain. cerpen cinta misal, cerpen tersebut biasanya digunakan untuk menghibur individu atau seseorang yang sedang mengalami kasmaran, jatuh cinta, roman, dll. lain lagi untuk cerpen kemerdekaan atau pahlawan, cerpen yang satu ini lebih menonjolkan sifat patriotisme dan keheroikan dalam isi dicerpen tersebut.
ok, guys. ini adalah beberapa contoh cerpen-cerpen yang asik untuk disimak... 


Kemerdekaan dihari tua


Titik-titik air mulai turun membasahi keringnya tanah dan tumbuhan dipekarangan rumah. Bau khas hujan terasa sangat menyengat diindra penciumanku. Angka 23 derajat celsius kulihat sedang bertengger ditermometer ruangan. Kini aku sendiri, hanya ditemani seekor kucing, album usang dan lencana berukirkan burung garuda berwarna emas luntur yang tersemat dikantong bajuku.
            Secangkir teh hangat dan kursi kayu yang lapuk, menghiasi beranda rumahku. Lantai yang terbuat dari  kayu jati mulai berdecit mengutarakan bahwa dirinya termakan usia.  Aku melihat album yang sejak tadi kugenggam, halamannya mulai menipis. Seperti umurku yang mulai menipis juga. Atap yang terbuat dari genting merah, kini juga berubah menjadi hijau. Lumut memakan warna aslinya.
Langit masih menangis, mengguyur seluruh kota pahlawan yang penuh cerita. Aku teringat akan masa 63 tahun yang lalu. Dimana aku masih dapat memberi sumbang asih dan bantuan untuk negara. Saat dimana senapan, mortir dan peluru, masih bertengger dipundakku. Aku masih mengenang saat-saat itu.
“Cipto, siapakah namamu saudaraku?” aku masih ingat ketika sahabat seperjuanganku, pertamakali mengenalkan dirinya padaku.
“Joyo”  kenangku.
itu adalah saat-saat yang sangat  yang sangat bersejarah untukku. Karena itulah yang membuat hidupku berubah hingga menjadi seperti saat ini.
Tangisan langit mulai terlihat berhenti. Seberkas cahaya mulai menembus barisan awan yang berjajar rapi diantara birunya langit. Bau hujan masih tercium dan menjadi khas dihidungku. Hari  ini adalah hari pahlawan. Seperti kebiasaanku pada tiap tahun, hari ini adalah hari untuk berkunjung keperistirahatan terakhir teman-teman seperjuanganku yang telah mendahuluiku menuju surga.
Sesampai didepan gerbang, aku mengucap salam untuk teman-temanku yang telah beristirahat untuk selama-lamanya. Dengan tongkat kayu ditangan kiri, aku mulai melangkah lagi. Langkah kakiku terasa semakin berat. Tetesan air mata mulai keluar khidmat,  dan meluncur tersendat-sendat dihalau keriput wajahku. Terlhat olehku nama-nama yang terukir dibatu nisan yang telah usang, namun bola mataku mulai susah membaca nama-nama yang tidak asing bagiku.
Sesampai didepan sebuah makam, aku menyandarkan tongkat kayuku dan membungkukkan badan yang telah rapuh dimakan usia. Aku sejenak terdiam, terbaca ukiran sebuah nama yang sangat aku kenal dibatu nisan itu. Sutjipto Ammar.
“merdeka!, merdeka!. Kita pasti akan merdeka Joyo, kita pasti akan menang dari penjajah-penjajah itu!” kenangku.
“apa kamu yakin cipto? Aku tidak yakin akan semua itu, jumlah orang kita memang banyak melebihi mereka. Namun lihatlah senjata mereka Cipto! Lihatlah! Mereka mempunyai apa yang mereka butuhkan. Sedangkan kita?” 
“Joyo! Mereka memang mempunyai senjata, mobil dan pesawat-pesawat yang telah membumi hanguskan kota kita dan membakar nyawa-nyawa pejuang kita yang tidak berdosa. Namun ingat Joyo! Kita mempunyai semangat untuk merdeka! semangat merdeka yang tidak dipunyai oleh para penjajah itu!. Hari ini dihotel Yamato ini, kita akan member tahu kepada mereka bahwa Indonesia akan merdeka!”
“lapor kapten! Satu pesawat musuh telah menghancurkan puluhan rumah penduduk diwilayah perak. Dan saat ini pesawat musuh sedang menuju kemari!” ucap seorang tentara.
“siapkan beberapa prajurit untuk menghadang pesawat itu dan siapkan strategi yang baru saja kita pelajari!” ujar Cipto kepada prajurit itu.
“baik kapten! Merdeka!”
“ baiklah Joyo, mari bersamaku dan saudara-saudara pejuang kita untuk bersama-sama mengusir para penjajah itu dari tanah air kita! Allahu akbar! Allahu akbar! Merdeka!” ucap Cipto.
Kemudian aku dan saudara-saudara seperjuanganku berlari menuju hotel yamato. Tak terhitung kembali jumlah teman dan saudaraku yang telah gugur saat itu. Darah selalu menjadi simbol dan bercak yang tertera dibaju kami.
“Joyo! Cepat kamu kegedung utara dan aku kebarat”
“baiklah, merdeka!”
Setelah kami melakukan tugas masing-masing. Kami bertemu kembali dibarisan.
“Joyo, tinggal gedung utama. Dan kita akan merdeka dari penjajah itu! Merdeka!. Allahu akbar! Mari saudara-saudara, kita usir para penjajah dari Surabaya! Kita beri tahu mereka bahwa kita mempunyai semangat yang tidak akan gugur! Allahu akbar!”
Kami berlari kencang menuju gedung utama. Kami berniat mengganti bendera
Belanda dengan bendera pusaka merah putih. Setelah kami berhasil mencapai bagian depan gedung utama, Cipto gugur. Namun  sebelum meninggal dia berkata padaku.
            “Joyo, mungkin ini adalah saatnya untukku bertemu dengan keluargaku disana. Aku titipkan semua perjuanganku dan saudara-saudara kita kepadamu. Ingat Joyo, walaupun mereka mempunyai peralatan yang bagus, namun semangat tentara kita dan rakyat Indonesia untuk merdeka jauh diatas mereka. Merdeka-merdeka! allahu akbar!”
            Setelah Cipto gugur. Saudara-saudara  kita berhasil merobek bendera merah putih biru, menjadi merah putih. Cipto, dialah orang yang sangat berpengaruh untukku.
            Setelah aku memanjatkan doa untuknya dan dengan berat hati aku mengucapkan salam perpisahan. Aku mengambil tongkatku kembali dan beranjak pergi dari makam teman seperjuanganku. Langkahku terhenti disebuah makam seorang wanita .
Aku menyandarkan diriku kesebuah batang pohon yang telah mongering. Aku duduk terdiam, sunyi. Kuusap batu nisan yang berukirkan nama Elyzabeth DC. Aku membersihkan makamnya dari rerumputan dan tanaman-tanaman liar yang berserakan diatasnya. Sejenak aku terdiam, berkabung, namun tidak banyak sisa air mata yang bisa aku keluarkan dihari tua ini. Aku masih diam, mengenang hari dimana istriku, Elyzabeth ditembak seorang yang tidak dikenal. Elyzabeth adalah wanita belanda yang menentang ayahnya dan tanah kelahirannya sendiri melawan pejuang Indonesia. Dia adalah pejuang wanita yang berasal dari belanda.
Pertama kali bola mataku melihatnya adalah ketika dia sedang menolong rekan seperjuanganku yang sedag terluka. Saudara-saudara pejuangku banyak tidak dapat mempercayainya. Banyak yang mengira bahwa dia adalah seorang mata-mata dari belanda yang dikirm untuk membocorkan informasi tentang pejuang Indonesia kepada Belanda. Namun aku terus membelanya dan meyakinkan teman-temanku bahwa dia adalah orang yang menentang ketidak adilan yang ada diIndonesia.
Kami akrab setelah Surabaya mulai merdeka. namun pemberontakkan masih terjadi dimana-mana.
Kami menikah 52 tahun yang lalu. Saat itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan nomor dua setelah Surabaya merdeka. Namun kebahagiaan yang diberikan tuhan untukku hanya singkat. 8 bulan setelah aku mengucap ija kabul, Elyzabeth meninggal. Dia ditembak orang yang tidak dikenal ketika berjalan-jalan sesudah menunaikan shalat shubuh. Dia berpesan kepadaku “janganlah engkau shalat karena kau mencintaiku, tapi shlatlah karena engkau mencintai tuhanmu”.
Setelah kejadian itu, aku seperti tidak mempunyai semangat untuk hidup. Hanya seberkas semangat yang diberikan Cipto dan Elyzabeth yang masih tertinggal.
Langit mulai menunjukkan cahayanya. Burung-burung mulai berkumpul kembali bersama keluarganya. Tumbuhan mulai melambai-lambai ditiup angin kembali. Aku mengambil tongkatku kembali. Berdoa dan mengucapkan puji syukur kepada tuhan, karena dengan izinnya, aku masih bias melihat indahnya dunia.
Ucapan salam dengan nada halus, terlontar digerbang pemakaman pejuang. Saatnya untukku berjalan pulang. Menghabiskan hari tuaku sendiri. Aku selalu menginginkan kepada sang pencipta, apabila saatnya untukku untuk pergi. Maka tolonglah agar aku dapat berkumpul kembali bersama-sama saudara-saudara perjuanganku, sahabatku, dan juga istriku tercinta.
imageKami mungkin terlupakan, akan tetapi kami selalu berharap apabila suatu hari Indonesia akan selalu jaya dan merdeka seperti yang kami selalu mimpi-mimpikan. 













selain cerpen  kepahlawanan ada juga cerpen cinta guys... contohnya seperti ini...

.... aku membunuhmu karena aku mencintaimu.....

        Langit masih belum berhenti menangis dan awan hitam masih pekat terlihat oleh mata. Suhu 19 derajat, tertera pada termometer yang ditempel ibu 4 tahun yang lalu.  Hari ini tepat 1 tahun kepergiaan sahabatku, sahabat yang tidak ada duanya dan tidak ada tandingannya.
Sayang, dia pergi untuk selama-lamanya karena menyelamatkan wanita yang dicintainya seumur hidup.

Wanita itu bernama Rere, dia  cantik, pintar dan satu-satunya wanita yang menjadi primadona didesa kami. Rere adalah cinta pertama  Harun, sahabatku.
          Aku bisa mengatakan dunia sangat kejam, karena sahabatku Harun kehilangan ayah ketika masih didalam kandungan, dan dia kehilangan ibunya ketika ia  berumur 8 tahun. Aku mengetahui bagaimana rasanya kehilangan orang tua, karena aku juga kehilangan mereka saat usiaku masih 11 tahun.
Harun memang hebat, dia dapat ceria dan selalu terlihat periang, karena dia dapat memendam rasa sedihnya, rasa kecewanya dan membuang memori tentang masa kelamnya rapat-rapat.
Dan satu hal yang aku baru tahu tentang Harun. Dia mempunyai obat manjur yang dia gunakan untuk menghapus kesedihannya. Dan obat itu, adalah Cinta.
Harun mengalihkan seluruh isi hatinya untuk Rere. Karena itulah dia selalu terlihat ceria dan bersemangat bekerja dikebun.

Sebelumnya aku tidak berfikir kalau orang kumal yang tidak pernah menyentuh bangku sekolah itu, bisa jatuh hati kepada  anak saudagar kaya, yang diincar banyak kaum Adam.
          Ayah Rere bisa aku bilang orang yang sukses. Setengah dari aset kekayaan desaku adalah kepunyaannya. Dan kami juga bekerja disalah satu kebun kepunyaan ayah Rere.

Aku mengetahui pertamakali Harun menyukai Rere, ketika dia mengatakan rasa suka ke Rere padaku saat kami berladang dikebun. Ketika itu dia megatakan.
“kelihatannya aku mulai menyukai anak saudagar kaya yang selama ini membayar kita”
“hah? yang benar?” ucapku.
“apa aku pernah berbohong padamu?”
Aku terdiam, karena yang kuketahui Harun memang tidak pernah berbohong. Apalagi dengan sahabatnya.
Setelah mendengar hal itu, sekiranya sampai rumah, aku meminum  3 gelas jamu kina yang dicampur kunyit, gingseng, telur bebek, telur angsa dan jahe. Itu semua aku lakukan untuk menenangkan pikiranku.
Aku pernah memperingatkan Harun, tetapi kepala dan semangatnya lebih keras dan tebal dari baja.

Aku merasakan takut dan pesimis akan cinta Harun, ketika ayah Rere mempunyai banyak saingan bisnis. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai kejayaan. Hal itu yang memperbolehkan pemakaian jasa preman atau penjahat kelas teri sampai kakap. Itu juga dilakukkan untuk menghancurkan usaha lawannya atau saingannya.
Dan yang pasti keadaan Rere tidak terlalu aman.

          Ketika aku sedang diladang, aku mendengar kabar angin kalau Rere juga meyukai Harun. Rere menyukainya karena Harun sering membacakan puisi cinta didepan rumah Rere setiap malam.
          Aku terdiam kaku.

          Malam itu desa kami terasa begitu runyam, mencekam dan menegangkan. Aku mendengar kabar bahwa Rere diculik. Seisi desa begitu porak poranda, dan yang aku pikirkan mungkin dia diculik oleh salah satu preman yang disewa oleh lawan bisnis ayahnya. Malam itu Harun tidak ada dirumah. Dia masih belum pulang dari kebun tempatku dan dia bekerja sehari-hari.
          Tepat jam 1 malam, Harun pulang kerumah. Dengan  tergopoh-gopoh, basah kuyup, serta muka lebam bercap warna ungu disekitar muka dan pipi, dia membangunkanku dan memberitahuku tempat dimana Rere disekap. Aku ingin langsung pergi kantor desa dan memberitahu warga, namun Harun melarang. Mungkin, karena takut apabila ramai-ramai malah membuat sang penculik kalang kabut dan melukai pujaan hatinya.

          Tanpa buang waktu kita lagsung berlari menuju tempat dimana Rere disekap. Hawa dingin  dan gerimis menemani perjalanan kami. Sepanjang perjalanan aku sudah melihat 3 orang bertubuh besar tertidur ditanah dengan luka lebam diwajah dan mengeluarkan sedikit darah dimulutnya. Sebenarnya  aku agak ragu kalau Harun yang melakukkan sejauh itu. Dari situ aku mengetahui betapa Harun mencintai anak juragan itu.
Harun menyuruhku berhenti berlari. Tepat disebuah depan  rumah mewah namun tidak berpenghuni, kami berhenti. Feeling-ku mengatakan disinilah tempat  Rere disekap. Aku masuk dengan cara mengendap-endap dengan harapan tidak diketahui oleh seseorang.
Kami berpisah, dan berjanji untuk bertemu di ruang tengah. Namun, mataku tidak sengaja melihat Harun memukul leher seorang penculik hingga pingsan. Mungkin saking  emosinya dia juga menghajar dua preman yang mempunyai badan hampir dua  kali lipat dari dirinya dengan siku dan lututnya hingga kedua penculik tersebut tepar.
Sesuai  janji kami, kami bertemu diruang tengah. Disana kami melihat Rere diikiat kaki tangannya dan di bungkam mulutnya memakai tali hitam. Namun kami juga melihat seseorang bertopi hitam dan memakai tuxedo. Tanpa buang waktu, Harun langsung berlari ke cinta pertamanya sekaligus terakhirnya. Harun tidak  menghiraukan  pisau  yang  ditancapkan penjahat tadi ketubuh rampingnya. Darah segar mengalir dan membuat kaus putih yang dipakainya menjadi basah dan berbau anyir.  Dia masih berlari dengan harapan dapat membuat simpul-simpul tali yang terikat dipergelangan tangan dan kaki Rere  longgar dan terlepas bebas.  Penculik terakhir yang menikam Harun  berhasil aku buat tumbang. Harun melepas ikat demi ikat tali yang terlilit ditubuh Rere.
 Rere-pun bebas. Dan  penculikan itu kami anggap selesai.
Ketika itu kita bersiap pulang. Namun penculik biadap tersebut  masih sadar dan mengambil pistol.
Timah panas pun melesat cepat ke arah Rere. Harun mencoba menghalang timah panas yang mengarah ketubuh wanita itu. Sayang, peluru sudah mengenai dada kiri wanita itu. Rere sekarat.
Dengan menahan rasa sakit Rere mengucapkan kata terakhirnya “.... Harun, akhiri rasa sakit dan deritaku  jika kau benar-benar mencintaiku”. Tanpa berlama-lama Harun menusuk dada kiri Rere dengan pisau yang tadi menancap ditubuhnya. Harun membalas ucapan wanita itu.
“bila cinta tidak dapat menyatukan kita didunia ini, pastilah cinta menyatukan kita didunia yang selanjutnya. Tunggu aku Re...” dan akhirnya pisau  itu masuk ke dada kiri Harun juga.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa melihat dan  juga tidak percaya melihat tubuh mereka yang penuh darah, berdampingan, dan terlihat sedang tersenyum damai.

Itu adalah cerita satu tahun lalu, cerita dimana pengorbanan adalah segalanya. Sebenarnya aku juga tidak percaya kalau cinta dapat menyatukan kita dikehidupan yang selanjutnya. Namun aku mulai percaya ketika sepasang burung merpati hinggap di atas balkon rumahku. Mereka terlihat mesra. Yang jantan terlihat kumal, kecil dan ceria. Namun, yang betina terlihat putih, anggun dan mempunyai bulu-bulu yang indah bersinar. Saat itu, aku juga agak tidak percaya ketika merpati jantan melempar senyum  dan menganggukkan kepala didepanku... Tatapan matanya, seolah-olah memberikan bukti bahwa kekuatan cinta sangatlah besar dan yang paling merasuk dihatiku adalah apabila cinta tidak bisa menyatukan suatu pasangan didunia ini, maka cinta akan menyatukannya didunia yang selanjutnya.
The end.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar