cerpen? apa itu cerpen? haha, tenang aja. cerpen adalah sebuah singkatan yang mempunyai kepanjangan CERita PENdek. Cerpen sendiri adalah sebuah cerita yang mengandung permasalahan-
permasalahah, kandungan atau nilai-nilai (inti sari dari sebuah kehidupan), mempunyai maksud dan pesan-pesan moral yang disampaikan untuk pembaca serta dipergunakan untuk menghibur sang pembaca.
permasalahah, kandungan atau nilai-nilai (inti sari dari sebuah kehidupan), mempunyai maksud dan pesan-pesan moral yang disampaikan untuk pembaca serta dipergunakan untuk menghibur sang pembaca.
cerpen mempunyai bahasa campuran. dalam artian bisa menggunakan bahasa yang baku atau bisa menggunakan bahasa sehari-hari yang diselingi oleh kata-kata kias atau kiasan.
saat ini cerpen mempunyai macam bentuk dan jenis. seperti cerpen cinta, cerpen pahlawan, cerpen persahabatan, cerpen agama, cerpen rakyat dan lain-lain. cerpen cinta misal, cerpen tersebut biasanya digunakan untuk menghibur individu atau seseorang yang sedang mengalami kasmaran, jatuh cinta, roman, dll. lain lagi untuk cerpen kemerdekaan atau pahlawan, cerpen yang satu ini lebih menonjolkan sifat patriotisme dan keheroikan dalam isi dicerpen tersebut.
ok, guys. ini adalah beberapa contoh cerpen-cerpen yang asik untuk disimak...
Kemerdekaan dihari tua
Titik-titik air mulai
turun membasahi keringnya tanah dan tumbuhan dipekarangan rumah. Bau khas hujan
terasa sangat menyengat diindra penciumanku. Angka 23 derajat celsius kulihat
sedang bertengger ditermometer ruangan. Kini aku sendiri, hanya ditemani seekor
kucing, album usang dan lencana berukirkan burung garuda berwarna emas luntur
yang tersemat dikantong bajuku.
Secangkir
teh hangat dan kursi kayu yang lapuk, menghiasi beranda rumahku. Lantai yang
terbuat dari kayu jati mulai berdecit
mengutarakan bahwa dirinya termakan usia. Aku melihat album yang sejak tadi kugenggam,
halamannya mulai menipis. Seperti umurku yang mulai menipis juga. Atap yang
terbuat dari genting merah, kini juga berubah menjadi hijau. Lumut memakan
warna aslinya.
Langit masih menangis,
mengguyur seluruh kota pahlawan yang penuh cerita. Aku teringat akan masa 63
tahun yang lalu. Dimana aku masih dapat memberi sumbang asih dan bantuan untuk
negara. Saat dimana senapan, mortir dan peluru, masih bertengger dipundakku.
Aku masih mengenang saat-saat itu.
“Cipto, siapakah namamu
saudaraku?” aku masih ingat ketika sahabat seperjuanganku, pertamakali
mengenalkan dirinya padaku.
“Joyo” kenangku.
itu adalah saat-saat
yang sangat yang sangat bersejarah
untukku. Karena itulah yang membuat hidupku berubah hingga menjadi seperti saat
ini.
Tangisan langit mulai terlihat berhenti. Seberkas
cahaya mulai menembus barisan awan yang berjajar rapi diantara birunya langit.
Bau hujan masih tercium dan menjadi khas dihidungku. Hari ini adalah hari pahlawan. Seperti kebiasaanku
pada tiap tahun, hari ini adalah hari untuk berkunjung keperistirahatan
terakhir teman-teman seperjuanganku yang telah mendahuluiku menuju surga.
Sesampai didepan gerbang, aku mengucap salam untuk
teman-temanku yang telah beristirahat untuk selama-lamanya. Dengan tongkat kayu
ditangan kiri, aku mulai melangkah lagi. Langkah kakiku terasa semakin berat. Tetesan
air mata mulai keluar khidmat, dan
meluncur tersendat-sendat dihalau keriput wajahku. Terlhat olehku nama-nama
yang terukir dibatu nisan yang telah usang, namun bola mataku mulai susah membaca
nama-nama yang tidak asing bagiku.
Sesampai didepan sebuah makam, aku menyandarkan
tongkat kayuku dan membungkukkan badan yang telah rapuh dimakan usia. Aku
sejenak terdiam, terbaca ukiran sebuah nama yang sangat aku kenal dibatu nisan
itu. Sutjipto Ammar.
“merdeka!, merdeka!. Kita pasti akan merdeka Joyo,
kita pasti akan menang dari penjajah-penjajah itu!” kenangku.
“apa kamu yakin cipto? Aku tidak yakin akan semua itu,
jumlah orang kita memang banyak melebihi mereka. Namun lihatlah senjata mereka
Cipto! Lihatlah! Mereka mempunyai apa yang mereka butuhkan. Sedangkan
kita?”
“Joyo! Mereka memang mempunyai senjata, mobil dan pesawat-pesawat
yang telah membumi hanguskan kota kita dan membakar nyawa-nyawa pejuang kita
yang tidak berdosa. Namun ingat Joyo! Kita mempunyai semangat untuk merdeka!
semangat merdeka yang tidak dipunyai oleh para penjajah itu!. Hari ini dihotel
Yamato ini, kita akan member tahu kepada mereka bahwa Indonesia akan merdeka!”
“lapor kapten! Satu pesawat musuh telah menghancurkan
puluhan rumah penduduk diwilayah perak. Dan saat ini pesawat musuh sedang
menuju kemari!” ucap seorang tentara.
“siapkan beberapa prajurit untuk menghadang pesawat
itu dan siapkan strategi yang baru saja kita pelajari!” ujar Cipto kepada
prajurit itu.
“baik kapten! Merdeka!”
“ baiklah Joyo, mari bersamaku dan saudara-saudara
pejuang kita untuk bersama-sama mengusir para penjajah itu dari tanah air kita!
Allahu akbar! Allahu akbar! Merdeka!” ucap Cipto.
Kemudian aku dan saudara-saudara seperjuanganku
berlari menuju hotel yamato. Tak terhitung kembali jumlah teman dan saudaraku
yang telah gugur saat itu. Darah selalu menjadi simbol dan bercak yang tertera
dibaju kami.
“Joyo! Cepat kamu kegedung utara dan aku kebarat”
“baiklah, merdeka!”
Setelah kami melakukan tugas masing-masing. Kami
bertemu kembali dibarisan.
“Joyo, tinggal gedung utama. Dan kita akan merdeka
dari penjajah itu! Merdeka!. Allahu akbar! Mari saudara-saudara, kita usir para
penjajah dari Surabaya! Kita beri tahu mereka bahwa kita mempunyai semangat
yang tidak akan gugur! Allahu akbar!”
Kami berlari kencang menuju gedung utama. Kami berniat mengganti bendera
Belanda dengan bendera pusaka merah putih. Setelah
kami berhasil mencapai bagian depan gedung utama, Cipto gugur. Namun sebelum meninggal dia berkata padaku.
“Joyo, mungkin ini
adalah saatnya untukku bertemu dengan keluargaku disana. Aku titipkan semua
perjuanganku dan saudara-saudara kita kepadamu. Ingat Joyo, walaupun mereka
mempunyai peralatan yang bagus, namun semangat tentara kita dan rakyat
Indonesia untuk merdeka jauh diatas mereka. Merdeka-merdeka! allahu akbar!”
Setelah Cipto gugur.
Saudara-saudara kita berhasil merobek
bendera merah putih biru, menjadi merah putih. Cipto, dialah orang yang sangat
berpengaruh untukku.
Setelah aku memanjatkan
doa untuknya dan dengan berat hati aku mengucapkan salam perpisahan. Aku
mengambil tongkatku kembali dan beranjak pergi dari makam teman seperjuanganku.
Langkahku terhenti disebuah makam seorang wanita .
Aku menyandarkan diriku kesebuah batang pohon yang
telah mongering. Aku duduk terdiam, sunyi. Kuusap batu nisan yang berukirkan
nama Elyzabeth DC. Aku membersihkan makamnya dari rerumputan dan
tanaman-tanaman liar yang berserakan diatasnya. Sejenak aku terdiam, berkabung,
namun tidak banyak sisa air mata yang bisa aku keluarkan dihari tua ini. Aku
masih diam, mengenang hari dimana istriku, Elyzabeth ditembak seorang yang
tidak dikenal. Elyzabeth adalah wanita belanda yang menentang ayahnya dan tanah
kelahirannya sendiri melawan pejuang Indonesia. Dia adalah pejuang wanita yang
berasal dari belanda.
Pertama kali bola mataku melihatnya adalah ketika dia
sedang menolong rekan seperjuanganku yang sedag terluka. Saudara-saudara
pejuangku banyak tidak dapat mempercayainya. Banyak yang mengira bahwa dia
adalah seorang mata-mata dari belanda yang dikirm untuk membocorkan informasi
tentang pejuang Indonesia kepada Belanda. Namun aku terus membelanya dan
meyakinkan teman-temanku bahwa dia adalah orang yang menentang ketidak adilan
yang ada diIndonesia.
Kami akrab setelah Surabaya mulai merdeka. namun pemberontakkan
masih terjadi dimana-mana.
Kami menikah 52 tahun yang lalu. Saat itu adalah
saat-saat yang paling membahagiakan nomor dua setelah Surabaya merdeka. Namun
kebahagiaan yang diberikan tuhan untukku hanya singkat. 8 bulan setelah aku
mengucap ija kabul, Elyzabeth meninggal. Dia ditembak orang yang tidak dikenal
ketika berjalan-jalan sesudah menunaikan shalat shubuh. Dia berpesan kepadaku
“janganlah engkau shalat karena kau mencintaiku, tapi shlatlah karena engkau
mencintai tuhanmu”.
Setelah kejadian itu, aku seperti tidak mempunyai
semangat untuk hidup. Hanya seberkas semangat yang diberikan Cipto dan
Elyzabeth yang masih tertinggal.
Langit mulai menunjukkan cahayanya. Burung-burung
mulai berkumpul kembali bersama keluarganya. Tumbuhan mulai melambai-lambai
ditiup angin kembali. Aku mengambil tongkatku kembali. Berdoa dan mengucapkan
puji syukur kepada tuhan, karena dengan izinnya, aku masih bias melihat
indahnya dunia.
Ucapan salam dengan nada halus, terlontar digerbang
pemakaman pejuang. Saatnya untukku berjalan pulang. Menghabiskan hari tuaku
sendiri. Aku selalu menginginkan kepada sang pencipta, apabila saatnya untukku
untuk pergi. Maka tolonglah agar aku dapat berkumpul kembali bersama-sama
saudara-saudara perjuanganku, sahabatku, dan juga istriku tercinta.
Kami mungkin terlupakan, akan tetapi kami selalu
berharap apabila suatu hari Indonesia akan selalu jaya dan merdeka seperti yang
kami selalu mimpi-mimpikan.
selain cerpen kepahlawanan ada juga cerpen cinta guys... contohnya seperti ini...
....
aku membunuhmu karena aku mencintaimu.....
Langit masih belum
berhenti menangis dan awan hitam masih pekat terlihat oleh mata. Suhu 19
derajat, tertera pada termometer yang ditempel ibu 4 tahun yang lalu. Hari ini tepat 1 tahun kepergiaan sahabatku,
sahabat yang tidak ada duanya dan tidak ada tandingannya.
Sayang, dia pergi untuk selama-lamanya karena
menyelamatkan wanita yang dicintainya seumur hidup.
Wanita itu bernama Rere, dia cantik, pintar dan satu-satunya wanita yang
menjadi primadona didesa kami. Rere adalah cinta pertama Harun, sahabatku.
Aku bisa mengatakan dunia sangat
kejam, karena sahabatku Harun kehilangan ayah ketika masih didalam kandungan,
dan dia kehilangan ibunya ketika ia berumur 8 tahun. Aku mengetahui bagaimana
rasanya kehilangan orang tua, karena aku juga kehilangan mereka saat usiaku
masih 11 tahun.
Harun memang hebat, dia dapat ceria dan selalu terlihat
periang, karena dia dapat memendam rasa sedihnya, rasa kecewanya dan membuang
memori tentang masa kelamnya rapat-rapat.
Dan satu hal yang aku baru tahu tentang Harun.
Dia mempunyai obat manjur yang dia gunakan untuk menghapus kesedihannya. Dan
obat itu, adalah Cinta.
Harun mengalihkan seluruh isi hatinya untuk
Rere. Karena itulah dia selalu terlihat ceria dan bersemangat bekerja dikebun.
Sebelumnya aku tidak berfikir kalau orang kumal
yang tidak pernah menyentuh bangku sekolah itu, bisa jatuh hati kepada anak saudagar kaya, yang diincar banyak kaum Adam.
Ayah Rere bisa aku bilang orang yang
sukses. Setengah dari aset kekayaan desaku adalah kepunyaannya. Dan kami juga
bekerja disalah satu kebun kepunyaan ayah Rere.
Aku mengetahui pertamakali Harun menyukai Rere,
ketika dia mengatakan rasa suka ke Rere padaku saat kami berladang dikebun.
Ketika itu dia megatakan.
“kelihatannya aku mulai menyukai anak saudagar
kaya yang selama ini membayar kita”
“hah? yang benar?” ucapku.
“apa aku pernah berbohong padamu?”
Aku terdiam, karena yang kuketahui Harun memang
tidak pernah berbohong. Apalagi dengan sahabatnya.
Setelah mendengar hal itu, sekiranya sampai
rumah, aku meminum 3 gelas jamu kina
yang dicampur kunyit, gingseng, telur bebek, telur angsa dan jahe. Itu semua
aku lakukan untuk menenangkan pikiranku.
Aku pernah memperingatkan Harun, tetapi kepala
dan semangatnya lebih keras dan tebal dari baja.
Aku merasakan takut dan pesimis akan cinta
Harun, ketika ayah Rere mempunyai banyak saingan bisnis. Mereka menghalalkan segala
cara untuk mencapai kejayaan. Hal itu yang memperbolehkan pemakaian jasa preman
atau penjahat kelas teri sampai kakap. Itu juga dilakukkan untuk menghancurkan
usaha lawannya atau saingannya.
Dan yang pasti keadaan Rere tidak terlalu aman.
Ketika aku sedang diladang, aku
mendengar kabar angin kalau Rere juga meyukai Harun. Rere menyukainya karena
Harun sering membacakan puisi cinta didepan rumah Rere setiap malam.
Aku terdiam kaku.
Malam itu desa kami terasa begitu
runyam, mencekam dan menegangkan. Aku mendengar kabar bahwa Rere diculik. Seisi
desa begitu porak poranda, dan yang aku pikirkan mungkin dia diculik oleh salah
satu preman yang disewa oleh lawan bisnis ayahnya. Malam itu Harun tidak ada
dirumah. Dia masih belum pulang dari kebun tempatku dan dia bekerja
sehari-hari.
Tepat jam 1 malam, Harun pulang
kerumah. Dengan tergopoh-gopoh, basah
kuyup, serta muka lebam bercap warna ungu disekitar muka dan pipi, dia
membangunkanku dan memberitahuku tempat dimana Rere disekap. Aku ingin langsung
pergi kantor desa dan memberitahu warga, namun Harun melarang. Mungkin, karena
takut apabila ramai-ramai malah membuat sang penculik kalang kabut dan melukai
pujaan hatinya.
Tanpa buang waktu kita lagsung berlari
menuju tempat dimana Rere disekap. Hawa dingin
dan gerimis menemani perjalanan kami. Sepanjang perjalanan aku sudah
melihat 3 orang bertubuh besar tertidur ditanah dengan luka lebam diwajah dan
mengeluarkan sedikit darah dimulutnya. Sebenarnya aku agak ragu kalau Harun yang melakukkan
sejauh itu. Dari situ aku mengetahui betapa Harun mencintai anak juragan itu.
Harun menyuruhku berhenti berlari. Tepat disebuah
depan rumah mewah namun tidak
berpenghuni, kami berhenti. Feeling-ku
mengatakan disinilah tempat Rere disekap.
Aku masuk dengan cara mengendap-endap dengan harapan tidak diketahui oleh
seseorang.
Kami berpisah, dan berjanji untuk bertemu di
ruang tengah. Namun, mataku tidak sengaja melihat Harun memukul leher seorang penculik
hingga pingsan. Mungkin saking emosinya dia juga menghajar dua preman yang
mempunyai badan hampir dua kali lipat
dari dirinya dengan siku dan lututnya hingga kedua penculik tersebut tepar.
Sesuai
janji kami, kami bertemu diruang tengah. Disana kami melihat Rere
diikiat kaki tangannya dan di bungkam mulutnya memakai tali hitam. Namun kami
juga melihat seseorang bertopi hitam dan memakai tuxedo. Tanpa buang waktu, Harun langsung berlari ke cinta
pertamanya sekaligus terakhirnya. Harun tidak
menghiraukan pisau yang ditancapkan penjahat tadi ketubuh rampingnya.
Darah segar mengalir dan membuat kaus putih yang dipakainya menjadi basah dan
berbau anyir. Dia masih berlari dengan
harapan dapat membuat simpul-simpul tali yang terikat dipergelangan tangan dan
kaki Rere longgar dan terlepas bebas. Penculik terakhir yang menikam Harun berhasil aku buat tumbang. Harun melepas ikat
demi ikat tali yang terlilit ditubuh Rere.
Rere-pun
bebas. Dan penculikan itu kami anggap
selesai.
Ketika itu kita bersiap pulang. Namun penculik biadap tersebut masih sadar dan mengambil
pistol.
Timah panas pun melesat cepat ke arah Rere. Harun
mencoba menghalang timah panas yang mengarah ketubuh wanita itu. Sayang, peluru
sudah mengenai dada kiri wanita itu. Rere sekarat.
Dengan menahan rasa sakit Rere mengucapkan kata
terakhirnya “.... Harun, akhiri rasa sakit dan deritaku jika kau benar-benar mencintaiku”. Tanpa
berlama-lama Harun menusuk dada kiri Rere dengan pisau yang tadi menancap
ditubuhnya. Harun membalas ucapan wanita itu.
“bila cinta tidak dapat menyatukan kita didunia
ini, pastilah cinta menyatukan kita didunia yang selanjutnya. Tunggu aku Re...”
dan akhirnya pisau itu masuk ke dada
kiri Harun juga.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa
melihat dan juga tidak percaya melihat
tubuh mereka yang penuh darah, berdampingan, dan terlihat sedang tersenyum
damai.
Itu adalah cerita satu tahun lalu, cerita
dimana pengorbanan adalah segalanya. Sebenarnya aku juga tidak percaya kalau
cinta dapat menyatukan kita dikehidupan yang selanjutnya. Namun aku mulai
percaya ketika sepasang burung merpati hinggap di atas balkon rumahku. Mereka
terlihat mesra. Yang jantan terlihat kumal, kecil dan ceria. Namun, yang betina
terlihat putih, anggun dan mempunyai bulu-bulu yang indah bersinar. Saat itu,
aku juga agak tidak percaya ketika merpati jantan melempar senyum dan menganggukkan kepala didepanku... Tatapan
matanya, seolah-olah memberikan bukti bahwa kekuatan cinta sangatlah besar dan
yang paling merasuk dihatiku adalah apabila cinta tidak bisa menyatukan suatu
pasangan didunia ini, maka cinta akan menyatukannya didunia yang selanjutnya.
The end.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar